Artikel terkait

Kamis, 18 Desember 2014

Tafsir Tarbawi: TEORI KOGNITIVISME DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN




TEORI KOGNITIVISME
DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

TEORI KOGNITIVISME


       Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn (Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran) inilah yang disebut dengan filosofi rationalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Teori kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimana orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi, menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir.
PERSPEKTIF AL-QUR’AN
tAtRr& šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ôMs9$|¡sù 8ptƒÏŠ÷rr& $ydÍys)Î/ Ÿ@yJtGôm$$sù ã@ø¡¡9$# #Yt/y $\ŠÎ/#§ 4 $£JÏBur tbrßÏ%qムÏmøn=tã Îû Í$¨Z9$# uä!$tóÏGö/$# >puù=Ïm ÷rr& 8ì»tFtB Ót/y ¼ã&é#÷WÏiB 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎŽôØo ª!$# ¨,ysø9$# Ÿ@ÏÜ»t7ø9$#ur 4 $¨Br'sù ßt/¨9$# Ü=ydõuŠsù [ä!$xÿã_ ( $¨Br&ur $tB ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# ß]ä3ôJusù Îû ÇÚöF{$# 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎŽôØo ª!$# tA$sWøBF{$# ÇÊÐÈ  

 “Allah Telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (Q.S Ar-Rad :11)”
       Allah mengumpamakan yang benar dan yang bathil dengan air dan buih atau dengan logam yang mencair dan buihnya. yang benar sama dengan air atau logam murni yang bathil sama dengan buih air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia.
 * ª!$# âqçR ÅVºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 ã@sWtB ¾ÍnÍqçR ;o4qs3ô±ÏJx. $pkŽÏù îy$t6óÁÏB ( ßy$t6óÁÏJø9$# Îû >py_%y`ã ( èpy_%y`9$# $pk¨Xr(x. Ò=x.öqx. AÍhߊ ßs%qム`ÏB ;otyfx© 7pŸ2t»t6B 7ptRqçG÷ƒy žw 7p§Ï%÷ŽŸ° Ÿwur 7p¨ŠÎ/óxî ߊ%s3tƒ $pkçJ÷ƒy âäûÓÅÓムöqs9ur óOs9 çmó¡|¡ôJs? Ö$tR 4 îqœR 4n?tã 9qçR 3 Ïöku ª!$# ¾ÍnÍqãZÏ9 `tB âä!$t±o 4 ÛUÎŽôØour ª!$# Ÿ@»sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 3 ª!$#ur Èe@ä3Î/ >äóÓx« ÒOŠÎ=tæ ÇÌÎÈ  
“Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus yang di dalamnya ada Pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya) yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”(QS. An-Nur : 35)
šù=Ï?ur ã@»sVøBF{$# $ygç/ÎŽôØnS Ĩ$¨Z=Ï9 ( $tBur !$ygè=É)÷ètƒ žwÎ) tbqßJÎ=»yèø9$# ÇÍÌÈ  
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.” (Al-‘Ankabut : 43)
öqs9 $uZø9tRr& #x»yd tb#uäöà)ø9$# 4n?tã 9@t6y_ ¼çmtF÷ƒr&t©9 $Yèϱ»yz %YæÏd|ÁtFB ô`ÏiB ÏpuŠô±yz «!$# 4 šù=Ï?ur ã@»sVøBF{$# $pkæ5ÎŽôØtR Ĩ$¨Z=Ï9 óOßg¯=yès9 šcr㍩3xÿtGtƒ ÇËÊÈ  
“Kalau Sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir.” (QS. Al-Hasyr : 21)
       Dari ayat-ayat di atas yang menjadi sorotan saya adalah arti yang menunjukkan tentang perumpamaan-perumpamaan, dan masih banyak ayat-ayat yang mendudukung tentang hal itu (perumpamaan-perumpamaan) sperti dalam surat : Al-Baqarah:26, Al-Hajj:73, Ibrahim 24-25, dan sebagainya. Saya mencoba mengaitkan teori kognitivisme dengan Al-Qur’an yang menunjukkan arti “perumpamaan”, karena dengan perumpamaan, sesuatu yang awalnya abstrak, dapat saja dimengerti seperti halnya sesuatu yang konkrit, dan dengan menggunakan perumpamaan, Allah SWT “memancing” manusia untuk berfikir, dan menggunakan akalnya. Karena sesungguhnya sesuatu yang diperoleh dari proses pencarian yang panjang itu cenderung lebih berbekas daripada yang langsung didapatkan dari orang lain. Misalnya, dengan Allah swt membiarkan manusia berfikir, dan saat manusia menemukan hikmah yang tersembunyi dari ayat-ayat penciptaan langit dan bumi, lalu hal tersebut ia dapati ternyata sesuai dengan ilmu pengetahuan modern, maka imannya akan semakin mantap terhadap Islam.  Dan juga di sebutkan surat Al-‘Ankabut ayat 43 diatas yang berarti “Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”Menunjukkan tidak ada yang bisa memahami kecuali yang berilmu. Lalu siapakah orang yang berilmu itu?, secara logika tentu saja yang berilmu adalah orang-orang yang mau berproses, berpikir akan suatu pengetahuan. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an juga mencakup teori kognitivisme yang mana pada dasarnya adalah rasional, atau dengan kata lain, suatu pengetahuan bisa diperoleh berdasarkan pemikiran.
       Dari uraian di atas, saya setuju dengan teori kognitivisme tersebut, karena teori tersebut  relevan dengan apa yang termaktub dalam beberapa ayat dari Al-Qur’an diatas. Yang mana pada dasarnya dalam teori kognitivisme ini yaitu rasional dengan kata lain seseorang bisa menperoleh suatu pengetahuan  melalui berpikir, dalam Al-Qur’an pun Allah juga menyuruh manusia untuk berpikir. Telah kita ketahui bahwa manusia sebagai makhluk yang di karuniai akal, yang dapat di fungsikan untuk berpikir. Bagaimana kita bisa tahu akan pengetahuan jika kita sendiri tidak mau berpikir, sekalipun banyak suatu pengetahuan di depan mata sendiri pun, tanpa di dasari berpikir, secara logika ilmu itu tidak akan masuk.  Maka jelaslah bahwa teori kognitivisme sangat sesuai dalam proses pendidikan. Dalam teori ini juga menjelaskan bahwa kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan. Contoh :
n<Î)ur ÉA$t6Ågø:$# y#øx. ôMt6ÅÁçR ÇÊÒÈ  
Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?”
       Dari ayat di atas, jika kita mau akan berpikir mendalam akan menemukan pengetahuan baru dalam dunia arsitektur, bagaimana gunung-gunung di tegakkan? Dalam bentuk fisiknya bagian bawah lebih besar di banding bagian bagian yang atas, dengan banyak pepohonan, sehingga menjadikan gunung itu kokoh bertahun-tahun. Hal ini bisa di ambil suatu ilmu, sehingga muncullah bangunan rumah yang mana dalam perancangannya membuat pondasi yang kuat, dengan perancangan yang sedemikian rupa, di dirikan tiang-tiang, bagian atas mengecil dalam arti gentengnya sebagai fungsi jika ada hujan, air tidak tertampung di atas akan tetapi langsung berjatuhan ke bawah. Sehingga menghasilkan bangunan yang kokoh, dan berkualitas.








والله اعلم بالصواب

Tidak ada komentar:

Posting Komentar