MATERI
PENDIDIKAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Allah SWT menurunkan al-qur’an
kepada nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat terbesar yang dapat disaksikan oleh
seluruh makhluk Allah hingga hari akhir (yaumil Qiyyamah) dan dijaga
kemurnianya, tentunya merupakan keistimewaan bagi umat Muhammad sebagai khairul
ummatin ukhrijat linnas dan rahmatan lil alamin, yaitu al-qur’an
sebagai pedoman sekaligus tuntunan menjalani kehidupan manusia yang telah Allah
jadikan sebagai khalifah fi al-ardy. Dilihat dari sisi kandungannya
Al-Qur’an memuat berbagai ketentuan, seperti bidang ubudiyyah, muamalah, dan
lain-lain, bahkan termasuk materi pendidikan. Oleh sebab itu disini kami
bermaksud untuk membahas sebagian tafsir al-qur’an yang berkaitan dengan materi
pendidikan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian materi pendidikan?
2.
Bagaimana
Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 29?
3. Bagaimana Tafsir Surat Al-Lukman Ayat
17?
4. Bagaimana Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 54?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Materi Pendidikan
Materipendidikanadalahsegalasesuatu
yang di berikankepadapesertadidikuntukmencapaitujuanpendidikan yang
telahditetapkan.Padahakikatnyaantaramateridankurikulummengandungartisama,
yaitubahan-bahanpelajaran yang disajikandalam proses kependidikandalamsuatu
system institusionalpendidikan. Materi-materi yang diuraikandalam Al-Qur’an
menjadibahan-bahanpokokpelajaran yang disampaikandalam proses pendidikanislam.
Olehkarenaitu, materipendidikanislam yang bersumberdari Al-qur’anharusdipahami,
dihayati, diyakini, dandiamalkandalamkehidupanumatislam.
Menurut Al-Farabibahwailmu-ilmu yang bersumberdari Al-Qur’an
dapatdiklasifikasikansebagaiberkut :
1. Ilmubahasa
2. Ilmulogika
3. Sainspersiapanterdiridariilmuberhitung, geometri, optika,
sainstentangbenda-bendasamawisepertiastronomi, pengukuran/timbangan,
ilmutentangpembuataninstrimen-instrumen,
dansebagainya.
4. Fisika (ilmualam) danmetafisika (ilmutentangalam di balikalamnyata).
5. Ilmukemasyarakatan yang terdiridarihukumatausyari’ahdanilmuretorika
(pidato).
Menurutpandangan Prof. Dr. Mohammad Fadhil Al-Djamaly, semuajenisilmu
yang terkandung di dalamAlqur’anseperti yang sudahdiklasifikasikan di atasharusdiajarkankepadapesertadidikuntukdapatmengembangkankehidupanumatmanusiadanmempertinggiderajatnya.
Al-farabi, IbnuSina,
danIkhwanussofaberpendapatbahwakesempurnaanmanusiatidakakantercapaikecualidenganterpenuhinyaantarakebutuhan
agama danilmupengetahuan.[1]
Denganmempelajariilmu agama pesertadidikdiharapkanlebihdekatkepada Allah
dandenganmelaluiilmupengetahuandiharapkanbisamendapatkankesejahteraan,
kemajuanhidupduniawi, yang
menjadibekalhidupakhiratnya.Ilmu-ilmupengetahuanitumenurutpandanganislamtidakterlepashubunganyadenganilmu-ilmu
Allah. Olehkarenaitu, orang yang berilmupengetahuanakanmampumengenal Allah
sesuaidenganprinsip-prinsippendekatandisiplinkeilmuanyamasing-masing.
Semuanyaakanmengalirkearah Yang MahaEsasebagaisumbersegalailmu.
B.
TafsirAyat-AyatTentangMateriPendidikan
1.
Surat
Al-Baqarah Ayat 29
uqèdÏ%©!$#Yn=y{Nä3s9$¨BÎûÇÚöF{$#$YèÏJy_§NèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$yJ¡¡9$#£`ßg1§q|¡sùyìö7y;Nºuq»yJy4uqèdurÈe@ä3Î/>äóÓx«×LìÎ=tæÇËÒÈ
Artinya: “Dia-lah Allah,
yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak
(menjadikan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui
segala sesuatu”.
a.
Makna
Kosa Kata
Yn=y{ = Menjadikan
uqtGó$ا =
Berkehendak (menjadikan)
`ßg1§q|¡sù = Dijadikan-Nya
LìÎ=tæ = Maha
mengetahui
b.
Tafsir
Surat Al-Baqarah Ayat 29
Firman-Nya : “Dia-lah (Allah)
yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu”, dipahami oleh para
ulama bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini dapat
digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil lain yang melarangnya. Maksudnya
yaitu bahwa Allah menciptakan bumi untuk manusia agar berperanan sebagai
khalifah, berperan aktif dan utama di bumi ini, baik berperan utama dalam
peristiwa-peristiwanya serta pengembanganya. Manusia adalah pengelola bumi dan
pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang di atur oleh
alat, tidak juga tunduk pada perubahan-perubahan dan perkembangan yang di
lahirkan oleh alat.
Adapun tentang istawa,
menurut Sayyid Quthub dalam tafsirnya berkomentar tidak ada tempat untuk
mempersoalkan hakikat maknanya, karena kata itu adalah lambang yang menunjuk
pada “kekuasaan”. Demikian juga halnya dengan makna “berkehendak menuju
ciptaan” dan lafad “tujuh langit” serta bentuk dan jaraknya. Semua
itu tidak ada tempatnya untuk di bahas karena keterbatasan akal manusia, sekaligus
karena membahasnya dan mengetahuinya sedikitpun tidak berkaitan dengan tujuan
penciptaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di dunia.
Dalam penggalan terjemahan ayat
tersebut yang berbunyi “Kemudian Dia berkehendak (menjadikan) langit”. Kata
“kemudian”
dalam ayat ini bukan berarti selang masa tapi dalam arti peringkat, yakni
peringkat sesuatu yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang
ditampungnya lebih agung, lebih besar, indah, dan misterius dari pada Bumi. Maka Allah SWT menyempurnakannyayakni
menjadikan tujuh langit dan menetapkan hukum-hukum yang
mengatur perjalanannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi
yang berada disana. Itu semua diciptakan-Nya dalam keadaan sempurna dan amat
teliti. Dan itu semua mudah bagi-Nya karena Dia Maha
Mengetahui segala sesuatu[2].
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam ayat
ini terdapat materi pendidikan, yakni menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada
di alam semesta merupakan salah satu dari beberapa bukti keagungan Allah SWT yang
menuntut kita untuk mempelajarinya sehingga dapat menambah keimanan kita
terhadap kekuasaan Allah SWT.
Hal tersebut didukung dengan hadis nabi Muhammad SAW,
yang berbunyi:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
بِيَدِى :« فَقَالَ خَلَقَ اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ وَخَلَقَ فِيهَا
الْجِبَالَ يَوْمَ الأَحَدِ وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الاِثْنَينِ وَخَلَقَ
الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثَّلاَثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الأَرْبَعَاءِ
وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ آدَمَ بَعْدَ الْعَصْرِ
مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ آخِرَ الْخَلْقِ فِى آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ
الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ
Artinya: “Dari Abu Huraerah, ia
berkata, “Rasulullah saw. Memegang tanganku, lalu bersabda, Allah menciptakan
bumi pada hari Sabtu. Dan menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari Ahad,
pohon pada hari Senin, al-makruh (yang jelek) pada hari Selasa, cahaya pada
hari Rabu, dan menyebarkan makhluk-makhluk yang melata pada hari Kamis, dan
menciptakan Adam pada hari Jumat setelah Ashar sebagai akhir penciptaan di
saat-saat akhir hari Jumat, antara ashar ke malam”. (H.R. Muslim, Shahih Muslim, IV:2149; al-Baihaqi, as-Sunanul
Kubra, IV:3)
2. Surat Al-Lukman Ayat 17
¢Óo_ç6»tÉOÏ%r&no4qn=¢Á9$#öãBù&urÅ$rã÷èyJø9$$Î/tm÷R$#urÇ`tãÌs3ZßJø9$#÷É9ô¹$#ur4n?tã!$tBy7t/$|¹r&(¨bÎ)y7Ï9ºsô`ÏBÇP÷tãÍqãBW{$#ÇÊÐÈ
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah
shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.
a. Makna Kosa Kata
Óo_ç6»t = Hai Anakku مَا اَصَابَكَ= Perkara yang menimpamu
ÉOÏ%r& =
Dirikanlah P÷tã = Diwajibkan
öãBù&ur = Dan
perintahlah qãBW{$# = Perkara
$rã÷èyJø9$$Î/ = Dengan kebaikan
Ìs3ZßJø9$# = Perbuatan
mungkar
É9ô¹$#ur = Dan
bersabarlah
b.
Tafsir
Surat Al-Lukman Ayat 17
Nasihat Luqrnan di atas
menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah
shalat, serta amal-amal kebaikan yang tecermin dalam amr mar’ruf dan nahi
munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari
kegagalan yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan
ma'ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh
sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran,
menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang
menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma'ruf
dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh, dan mencegah. Di sisi
lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini membuatdalam dirinyajiwa kepemimpinan serta
kepedulian sosial.[3]
Ibn Katsir dalam
tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan shalat yang terdapat
dalam ayat ketujuhbelas suratal-Luqman mencakup ketentuan-ketentuan,
syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amr ma’ruf nahi munkar berarti
perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap perbuatan buruk.
Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang pada
saat kita hendak melaksanakan amr ma’ruf nahi munkar. Karena menurut
beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amr ma’ruf nahi munkar pasti akan
mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan
kesabaran. Imam Mujahid dalam tafsirnya menjelaskan yang dimaksud dengan amr
ma’ruf nahi munkar pada ayat ini adalah siapa yang mengajak orang untuk beriman
kepada Allah SWT dan mencegah orang untuk menyembah kepada selain-Nya, maka itu
dinamakan amr ma’ruf nahi munkar. Ma'ruf adalah "Yang baik menurut
pandangan umum suatu masyarakat dan telah mereka kenal luas", selama
sejalan dengan al-khair (kebajikan), yaitu nilai-nilal Ilahi. Mungkar
adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.[4]
Hadits Nabi yang berkaitan dengan hal ini di antaranya:
عن أبي سعيد الخدري –
رضي الله عنه – قال : قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول - من رأى منكم
منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف
الإيمان - )رواه مسلم(
Artinya: “Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku
mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di
antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan
tangannya (kekuasaannya); jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya
(menasihatinya); dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak
senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”.[Muslim
no. 49]
3. Surat Al-A’raf Ayat 54
cÎ)ãNä3/uª!$#Ï%©!$#t,n=y{ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#urÎûÏpGÅ5Q$r&§NèO3uqtGó$#n?tãĸóyêø9$#ÓÅ´øóã@ø©9$#u$pk¨]9$#¼çmç7è=ôÜt$ZWÏWym}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#urtPqàfZ9$#ur¤Nºt¤|¡ãBÿ¾ÍnÍöDr'Î/3wr&ã&s!ß,ù=sø:$#âöDF{$#ur3x8u$t6s?ª!$#>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÎÍÈ
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan
kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia
bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya
dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam”.
a. Makna Kosa Kata
Nä3/u = Tuhanmu Nºt¤|¡ãB = Tunduk
,n=y{ = Menciptakan öDF{$#ur = Memerintah
ÓÅ´øóã = Menutupkan !$#x8u$t6s? = Maha suci Allah
çmç7è=ôÜt = Mengikutinya tûüÏHs>»yèø9$# >u =Tuhansemestaalam
$ZWÏWym = Dengan cepat
PqàfZ9$#ur = Dan bintang
b. TafsirSurat Al-A’raf Ayat 54
Firman Allah “ Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat”. Maksutnya adalah
kegelapan yang hilang oleh cahaya dan cahaya yang hilang oleh kegelapan.
Masing-masing dari keduanya mengikuti yang lain dengan cepat tanpa tertinggal.
Hal ini seperti firman allah “dan malam tidak mendahului siang”, yakni tidak kehilangan
waktu sedikitpun sehingga yang satu menjadi mundur, namun yang satu mengiringi
yang lain tanpa ada selang waktu di antara
malam dan siang. Oleh karena itu Allah berfirman “yang mengikutinya
dengan cepat, dan matahari, bulan serta bintang-bintang tunduk kepada
perintahnya” yakni semuanya itu berada di bawah dominasi, penakluka dan
kehendaknya.[5]
Menurut tafsir
al-maraghi, kata Ar-Rabb berarti Tuhan pemilik,
pengendali dan pendidik. Sedang Al-Illah ialah sesembahan yang
diseru supaya menghilangkan bahaya atau mendatangkan keuntungan, dan yang
didekaati dengan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang di harapkan dapat
menjadikan-Nya rela. Kemudian kata As Samawati Wal Ard yaitu langit
dan bumi, yang dimaksud ialah alam atas dan alam bawah. Sedangkan kata Al Yaum,
waktu yang istimewa lain dari pada yang lain karena peristiwa yang
terjadi padanya, seperti halnya keistimewaan hari yang lazim kita kenal dengan
adanya terang, karena terjadinya perang dan permusuhan padanya. Hari-hari yang
enam ini yang di maksud bukan seperti di muka bumi, karena hari di muka bumi
siang dan malamnya bejumlah dua puluh empat jam. Padahal waktu itu ada setelah
diciptakanya bumi.[6]
Materi yang
terkandung dalam surat Al-A’raf, yaitu materi yang berkaitan dengan alam
semesta seperti Ilmu Biologi, Astronomi, atau Ilmu Falak. Hal tersebut terbukti
dengan adanya kata-kata yang menunjukan alam semesta seperti As
Samawaat Wal Ard, Al Yaum, Al Arsy, Al Khalqu.
Hadis yang berkaitan dengan hal ini di antaranya:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ
اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا
أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ( بخاريرواه)
Artinya:“Zaman telah beredar
seperti keadaannya, di hari diciptakannya langit dan bumi, (peredaran zaman itu
ialah) setahun dibagi dalam dua belas bulan, daripadanya ada empat bulan
haram...” (H.R. Al-Bukhari)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Qur’an sebagai kitab suci yang
diturunkan kepada khatamul anbiya’ merupakan syari’at terakhir dari
agama samawi, sebagai tuntunan hingga yaumul qiyyamah. Pastinya
mengandung nilai ataupun kaidah dalam menjalani kehidupan yang sesuai petunjuk
Allah Swt, berupa cara ber-Ubudiyyah bahkan hingga Muamalah sesama
manusia lain sebagai wujud bahwa Islam benar-benar petunjuk (agama) yang
rahmatan lil alamin bukan sebaliknya. Adapun kandungan al-Qur’an sangatlah
padat termasuk meliputi; aqidah, syariah, ubuddiyah,dll. Dengan demikian dapat
di pastikan juga, bahwa Al-Qur’an menyiapkan konsep materi tentang pendidikan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam surat Al-Baqarahayat 29 terdapat materi pendidikan, yakni menjelaskan bahwa segala sesuatu yang
ada di alam semesta merupakan salah satu dari beberapa bukti keagungan Allah
SWT yang menuntut kita untuk mempelajarinya sehingga dapat menambah keimanan
kita terhadap kekuasaan Allah SWT.Kemudian materipendidikan
yang terkandung dalamsuratLuqmanayat 17 yaitutentangibadahshalatdan zakat
sertailmusosiologi. Dan terakhirmateripendidikanyang terkandungdalamsurat Al-A’rafayat 54 yaitu
materi yang berkaitan dengan alam semesta seperti Ilmu Biologi, Astronomi, atau
Ilmu Falak.
DAFTAR PUSTAKA
M. Nasib ar-Rifa’I, Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtisari tafsir
bnu katsir jilid 2, Depok: Gema Insani, 1989
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera
Hati, 2002
Mustafa, Ahmad Al-Maraghi, Al-Maraghi , Semarang: Toha
Putra, 1993
[3]M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, LenteraHati, Jakarta,
2003, hal. 136-138
[4]M. Nasib
ar-Rifa’I, Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtisari tafsir bnu katsir jilid 2, Depok:
Gema Insani, 1989,hal.
[5]M. Nasib
ar-Rifa’I, Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtisari tafsir bnu katsir jilid 2, Depok:
Gema Insani, 1989,hal. 372-374
[6] Mustafa,
Ahmad Al-Maraghi, Al-Maraghi , Semarang: Toha Putra, 1993. Hal. 296-297
Tidak ada komentar:
Posting Komentar