Artikel terkait

Kamis, 18 Desember 2014

Tafsir Tarbawi : Makalah MATERI PENDIDIKAN




MATERI PENDIDIKAN
 


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Allah SWT menurunkan al-qur’an kepada nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat terbesar yang dapat disaksikan oleh seluruh makhluk Allah hingga hari akhir (yaumil Qiyyamah) dan dijaga kemurnianya, tentunya merupakan keistimewaan bagi umat Muhammad sebagai khairul ummatin ukhrijat linnas dan rahmatan lil alamin, yaitu al-qur’an sebagai pedoman sekaligus tuntunan menjalani kehidupan manusia yang telah Allah jadikan sebagai khalifah fi al-ardy. Dilihat dari sisi kandungannya Al-Qur’an memuat berbagai ketentuan, seperti bidang ubudiyyah, muamalah, dan lain-lain, bahkan termasuk materi pendidikan. Oleh sebab itu disini kami bermaksud untuk membahas sebagian tafsir al-qur’an yang berkaitan dengan materi pendidikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian materi pendidikan?
2.      Bagaimana Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 29?
3.      Bagaimana Tafsir Surat Al-Lukman Ayat 17?
4.      Bagaimana Tafsir Surat Al-A’raf Ayat 54?









BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Materi Pendidikan
Materipendidikanadalahsegalasesuatu yang di berikankepadapesertadidikuntukmencapaitujuanpendidikan yang telahditetapkan.Padahakikatnyaantaramateridankurikulummengandungartisama, yaitubahan-bahanpelajaran yang disajikandalam proses kependidikandalamsuatu system institusionalpendidikan. Materi-materi yang diuraikandalam Al-Qur’an menjadibahan-bahanpokokpelajaran yang disampaikandalam proses pendidikanislam. Olehkarenaitu, materipendidikanislam yang bersumberdari Al-qur’anharusdipahami, dihayati, diyakini, dandiamalkandalamkehidupanumatislam.
Menurut Al-Farabibahwailmu-ilmu yang bersumberdari Al-Qur’an dapatdiklasifikasikansebagaiberkut :
1.      Ilmubahasa
2.      Ilmulogika
3.      Sainspersiapanterdiridariilmuberhitung, geometri, optika, sainstentangbenda-bendasamawisepertiastronomi, pengukuran/timbangan, ilmutentangpembuataninstrimen-instrumen,  dansebagainya.
4.      Fisika (ilmualam) danmetafisika (ilmutentangalam di balikalamnyata).
5.      Ilmukemasyarakatan yang terdiridarihukumatausyari’ahdanilmuretorika (pidato).
Menurutpandangan Prof. Dr. Mohammad Fadhil Al-Djamaly, semuajenisilmu yang terkandung di dalamAlqur’anseperti yang sudahdiklasifikasikan di atasharusdiajarkankepadapesertadidikuntukdapatmengembangkankehidupanumatmanusiadanmempertinggiderajatnya. Al-farabi, IbnuSina, danIkhwanussofaberpendapatbahwakesempurnaanmanusiatidakakantercapaikecualidenganterpenuhinyaantarakebutuhan agama danilmupengetahuan.[1]
Denganmempelajariilmu agama pesertadidikdiharapkanlebihdekatkepada Allah dandenganmelaluiilmupengetahuandiharapkanbisamendapatkankesejahteraan, kemajuanhidupduniawi, yang menjadibekalhidupakhiratnya.Ilmu-ilmupengetahuanitumenurutpandanganislamtidakterlepashubunganyadenganilmu-ilmu Allah. Olehkarenaitu, orang yang berilmupengetahuanakanmampumengenal Allah sesuaidenganprinsip-prinsippendekatandisiplinkeilmuanyamasing-masing. Semuanyaakanmengalirkearah Yang MahaEsasebagaisumbersegalailmu.

B.     TafsirAyat-AyatTentangMateriPendidikan
1.      Surat Al-Baqarah Ayat 29
uqèdÏ%©!$#šYn=y{Nä3s9$¨BÎûÇÚöF{$#$YèŠÏJy_§NèO#uqtGó$#n<Î)Ïä!$yJ¡¡9$#£`ßg1§q|¡sùyìö7y;Nºuq»yJy4uqèdurÈe@ä3Î/>äóÓx«×LìÎ=tæÇËÒÈ
Artinya: “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menjadikan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu”.
a.       Makna Kosa Kata
Yn=y{              = Menjadikan
uqtGó$ا              = Berkehendak (menjadikan)
`ßg1§q|¡sù                        = Dijadikan-Nya
LìÎ=tæ                  = Maha mengetahui
b.      Tafsir Surat Al-Baqarah Ayat 29
Firman-Nya : “Dia-lah (Allah) yang menciptakan segala yang ada di bumi untuk kamu”, dipahami oleh para ulama bahwa pada dasarnya segala apa yang terbentang di bumi ini dapat digunakan oleh manusia, kecuali jika ada dalil lain yang melarangnya. Maksudnya yaitu bahwa Allah menciptakan bumi untuk manusia agar berperanan sebagai khalifah, berperan aktif dan utama di bumi ini, baik berperan utama dalam peristiwa-peristiwanya serta pengembanganya. Manusia adalah pengelola bumi dan pemilik alat, bukan dikelola oleh bumi dan menjadi hamba yang di atur oleh alat, tidak juga tunduk pada perubahan-perubahan dan perkembangan yang di lahirkan oleh alat.
Adapun tentang istawa, menurut Sayyid Quthub dalam tafsirnya berkomentar tidak ada tempat untuk mempersoalkan hakikat maknanya, karena kata itu adalah lambang yang menunjuk pada “kekuasaan”. Demikian juga halnya dengan makna “berkehendak menuju ciptaan” dan lafad “tujuh langit” serta bentuk dan jaraknya. Semua itu tidak ada tempatnya untuk di bahas karena keterbatasan akal manusia, sekaligus karena membahasnya dan mengetahuinya sedikitpun tidak berkaitan dengan tujuan penciptaan manusia sebagai hamba Allah dan khalifah di dunia.
Dalam penggalan terjemahan ayat tersebut yang berbunyi “Kemudian Dia berkehendak (menjadikan) langit”. Kata “kemudian” dalam ayat ini bukan berarti selang masa tapi dalam arti peringkat, yakni peringkat sesuatu yang disebut sesudahnya yaitu langit dan apa yang ditampungnya lebih agung, lebih besar, indah, dan misterius dari pada Bumi. Maka Allah SWT menyempurnakannyayakni menjadikan tujuh langit dan menetapkan hukum-hukum yang mengatur perjalanannya masing-masing, serta menyiapkan sarana yang sesuai bagi yang berada disana. Itu semua diciptakan-Nya dalam keadaan sempurna dan amat teliti. Dan itu semua mudah bagi-Nya karena Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[2].
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa dalam ayat ini terdapat materi pendidikan, yakni menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta merupakan salah satu dari beberapa bukti keagungan Allah SWT yang menuntut kita untuk mempelajarinya sehingga dapat menambah keimanan kita terhadap kekuasaan Allah SWT.
Hal tersebut didukung dengan hadis nabi Muhammad SAW, yang berbunyi:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ : أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِيَدِى :« فَقَالَ خَلَقَ اللَّهُ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ وَخَلَقَ فِيهَا الْجِبَالَ يَوْمَ الأَحَدِ وَخَلَقَ الشَّجَرَ يَوْمَ الاِثْنَينِ وَخَلَقَ الْمَكْرُوهَ يَوْمَ الثَّلاَثَاءِ وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الأَرْبَعَاءِ وَبَثَّ فِيهَا الدَّوَابَّ يَوْمَ الْخَمِيسِ وَخَلَقَ آدَمَ بَعْدَ الْعَصْرِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ آخِرَ الْخَلْقِ فِى آخِرِ سَاعَةٍ مِنْ سَاعَاتِ الْجُمُعَةِ فِيمَا بَيْنَ الْعَصْرِ إِلَى اللَّيْلِ
Artinya: “Dari Abu Huraerah, ia berkata, “Rasulullah saw. Memegang tanganku, lalu bersabda, Allah menciptakan bumi pada hari Sabtu. Dan menciptakan gunung-gunung di bumi pada hari Ahad, pohon pada hari Senin, al-makruh (yang jelek) pada hari Selasa, cahaya pada hari Rabu, dan menyebarkan makhluk-makhluk yang melata pada hari Kamis, dan menciptakan Adam pada hari Jumat setelah Ashar sebagai akhir penciptaan di saat-saat akhir hari Jumat, antara ashar ke malam”. (H.R. Muslim, Shahih Muslim, IV:2149; al-Baihaqi, as-Sunanul Kubra, IV:3)

2.      Surat Al-Lukman Ayat 17
¢Óo_ç6»tƒÉOÏ%r&no4qn=¢Á9$#öãBù&urÅ$rã÷èyJø9$$Î/tm÷R$#urÇ`tã̍s3ZßJø9$#÷ŽÉ9ô¹$#ur4n?tã!$tBy7t/$|¹r&(¨bÎ)y7Ï9ºsŒô`ÏBÇP÷tãÍqãBW{$#ÇÊÐÈ
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”.

a.       Makna Kosa Kata
Óo_ç6»tƒ                 = Hai Anakku                         مَا اَصَابَكَ= Perkara yang menimpamu
ÉOÏ%r&                   = Dirikanlah                            P÷tã        = Diwajibkan
öãBù&ur                  = Dan perintahlah                   qãBW{$#     = Perkara
$rã÷èyJø9$$Î/         = Dengan kebaikan
̍s3ZßJø9$#              = Perbuatan mungkar
ŽÉ9ô¹$#ur               = Dan bersabarlah
b.      Tafsir Surat Al-Lukman Ayat 17
Nasihat Luqrnan di atas menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan amal-amal saleh yang puncaknya adalah shalat, serta amal-amal kebaikan yang tecermin dalam amr mar’ruf dan nahi munkar, juga nasihat berupa perisai yang membentengi seseorang dari kegagalan yaitu sabar dan tabah.
Menyuruh mengerjakan ma'ruf, mengandung pesan untuk mengerjakannya, karena tidaklah wajar menyuruh sebelum diri sendiri mengerjakannya. Demikian juga melarang kemungkaran, menuntut agar yang melarang terlebih dahulu mencegah dirinya. Itu agaknya yang menjadi sebab mengapa Luqman tidak memerintahkan anaknya melaksanakan ma'ruf dan menjauhi mungkar, tetapi memerintahkan, menyuruh, dan mencegah. Di sisi lain membiasakan anak melaksanakan tuntunan ini membuatdalam dirinyajiwa kepemimpinan serta kepedulian sosial.[3]
Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa pertama, perintah melaksanakan shalat yang terdapat dalam ayat ketujuhbelas suratal-Luqman mencakup ketentuan-ketentuan, syarat-syarat dan ketepatan waktunya. Kedua, perintah amr ma’ruf nahi munkar berarti perintah melakukan kebajikan dan melarang dari setiap  perbuatan buruk. Ketiga, bersabar atas segala gangguan dan rintangan yang datang menghadang pada saat kita hendak melaksanakan amr ma’ruf nahi munkar. Karena menurut beliau, setiap orang yang hendak mengerjakan amr ma’ruf nahi munkar pasti akan mendapat rintangan, cobaan atau halangan, dan pada saat itulah dibutuhkan kesabaran. Imam Mujahid dalam tafsirnya menjelaskan yang dimaksud dengan amr ma’ruf nahi munkar pada ayat ini adalah siapa yang mengajak orang untuk beriman kepada Allah SWT dan mencegah orang untuk menyembah kepada selain-Nya, maka itu dinamakan amr ma’ruf nahi munkar. Ma'ruf adalah "Yang baik menurut pandangan umum suatu masyarakat dan telah mereka kenal luas", selama sejalan dengan al-khair (kebajikan), yaitu nilai-nilal Ilahi. Mungkar adalah sesuatu yang dinilai buruk oleh mereka serta bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.[4]
Hadits Nabi yang berkaitan dengan hal ini di antaranya:

عن أبي سعيد الخدري – رضي الله عنه – قال : قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول - من رأى منكم منكرا فليغيره بيده ، فإن لم يستطع فبلسانه ، فإن لم يستطع فبقلبه و ذلك أضعف الإيمان - )رواه مسلم(
Artinya: “Dari Abu Sa'id Al Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda : “Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju) , dan demikian itu adalah selemah-lemah iman”.[Muslim no. 49]

3.      Surat Al-A’raf Ayat 54

žcÎ)ãNä3­/uª!$#Ï%©!$#t,n=y{ÏNºuq»yJ¡¡9$#uÚöF{$#urÎûÏp­GÅ5Q$­ƒr&§NèO3uqtGó$#n?tãĸóyêø9$#ÓÅ´øóミ@ø©9$#u$pk¨]9$#¼çmç7è=ôÜtƒ$ZWÏWym}§ôJ¤±9$#urtyJs)ø9$#urtPqàfZ9$#ur¤Nºt¤|¡ãBÿ¾Ín͐öDr'Î/3Ÿwr&ã&s!ß,ù=sƒø:$#âöDF{$#ur3x8u$t6s?ª!$#>utûüÏHs>»yèø9$#ÇÎÍÈ
Artinya: “Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha suci Allah, Tuhan semesta alam”.
a.       Makna Kosa Kata
Nä3­/u          = Tuhanmu                              Nºt¤|¡ãB          = Tunduk
,n=y{            = Menciptakan                        öDF{$#ur               = Memerintah
ÓÅ´øóム         = Menutupkan                         !$#x8u$t6s?           = Maha suci Allah
çmç7è=ôÜtƒ          = Mengikutinya           tûüÏHs>»yèø9$#  >u           =Tuhansemestaalam
$ZWÏWym         = Dengan cepat
PqàfZ9$#ur      = Dan bintang
b.      TafsirSurat Al-A’raf Ayat 54

Firman Allah “ Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat”. Maksutnya adalah kegelapan yang hilang oleh cahaya dan cahaya yang hilang oleh kegelapan. Masing-masing dari keduanya mengikuti yang lain dengan cepat tanpa tertinggal. Hal ini seperti firman allah “dan malam tidak  mendahului siang”, yakni tidak kehilangan waktu sedikitpun sehingga yang satu menjadi mundur, namun yang satu mengiringi yang lain tanpa ada selang waktu di antara  malam dan siang. Oleh karena itu Allah berfirman “yang mengikutinya dengan cepat, dan matahari, bulan serta bintang-bintang tunduk kepada perintahnya” yakni semuanya itu berada di bawah dominasi, penakluka dan kehendaknya.[5]
Menurut tafsir al-maraghi, kata Ar-Rabb berarti Tuhan pemilik, pengendali dan pendidik. Sedang Al-Illah ialah sesembahan yang diseru supaya menghilangkan bahaya atau mendatangkan keuntungan, dan yang didekaati dengan ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatan yang di harapkan dapat menjadikan-Nya rela. Kemudian kata As Samawati Wal Ard yaitu langit dan bumi, yang dimaksud ialah alam atas dan alam bawah. Sedangkan kata Al Yaum, waktu yang istimewa lain dari pada yang lain karena peristiwa yang terjadi padanya, seperti halnya keistimewaan hari yang lazim kita kenal dengan adanya terang, karena terjadinya perang dan permusuhan padanya. Hari-hari yang enam ini yang di maksud bukan seperti di muka bumi, karena hari di muka bumi siang dan malamnya bejumlah dua puluh empat jam. Padahal waktu itu ada setelah diciptakanya bumi.[6]
Materi yang terkandung dalam surat Al-A’raf, yaitu materi yang berkaitan dengan alam semesta seperti Ilmu Biologi, Astronomi, atau Ilmu Falak. Hal tersebut terbukti dengan adanya kata-kata yang menunjukan alam semesta seperti As Samawaat Wal Ard, Al Yaum, Al Arsy, Al Khalqu.
Hadis yang berkaitan dengan hal ini di antaranya:
الزَّمَانُ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ ، السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ( بخاريرواه)
Artinya:“Zaman telah beredar seperti keadaannya, di hari diciptakannya langit dan bumi, (peredaran zaman itu ialah) setahun dibagi dalam dua belas bulan, daripadanya ada empat bulan haram...” (H.R. Al-Bukhari)

















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Al-Qur’an sebagai kitab suci yang diturunkan kepada khatamul anbiya’ merupakan syari’at terakhir dari agama samawi, sebagai tuntunan hingga yaumul qiyyamah. Pastinya mengandung nilai ataupun kaidah dalam menjalani kehidupan yang sesuai petunjuk Allah Swt, berupa cara ber-Ubudiyyah bahkan hingga Muamalah sesama manusia lain sebagai wujud bahwa Islam benar-benar petunjuk (agama) yang rahmatan lil alamin bukan sebaliknya. Adapun kandungan al-Qur’an sangatlah padat termasuk meliputi; aqidah, syariah, ubuddiyah,dll. Dengan demikian dapat di pastikan juga, bahwa Al-Qur’an menyiapkan konsep materi tentang pendidikan.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam surat Al-Baqarahayat 29 terdapat materi pendidikan, yakni menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta merupakan salah satu dari beberapa bukti keagungan Allah SWT yang menuntut kita untuk mempelajarinya sehingga dapat menambah keimanan kita terhadap kekuasaan Allah SWT.Kemudian materipendidikan yang terkandung dalamsuratLuqmanayat 17 yaitutentangibadahshalatdan zakat sertailmusosiologi. Dan terakhirmateripendidikanyang terkandungdalamsurat Al-A’rafayat 54 yaitu materi yang berkaitan dengan alam semesta seperti Ilmu Biologi, Astronomi, atau Ilmu Falak.










DAFTAR PUSTAKA
M. Nasib ar-Rifa’I, Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtisari tafsir bnu katsir jilid 2, Depok: Gema Insani, 1989
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002
Mustafa, Ahmad Al-Maraghi, Al-Maraghi , Semarang: Toha Putra, 1993
Prof. H. M. Arifin, M.Ed, IlmuPendidikan Islam, Jakarta: PT. BumiAksara, 2003


[1]Prof. H. M. Arifin, M.Ed, IlmuPendidikan Islam, Jakarta: PT. BumiAksara, 2003, hal.135-140
[2] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta: Lentera Hati, 2006, cet. VII, hlm. 138-139
[3]M. QuraishShihab, Tafsir Al-Misbah, LenteraHati, Jakarta, 2003, hal. 136-138
[4]M. Nasib ar-Rifa’I, Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtisari tafsir bnu katsir jilid 2, Depok: Gema Insani, 1989,hal.
[5]M. Nasib ar-Rifa’I, Taisiru al-Aliyyul Qadir li ikhtisari tafsir bnu katsir jilid 2, Depok: Gema Insani, 1989,hal. 372-374
[6] Mustafa, Ahmad Al-Maraghi, Al-Maraghi , Semarang: Toha Putra, 1993. Hal. 296-297

Tidak ada komentar:

Posting Komentar